Sunday, January 11, 2015

Diskriminasi dan Etnosentrisme di Indonesia (Ilmu Sosial Dasar 7)

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin,
ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.

Diskriminasi ada dua, yaitu:

1. Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.

2. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Etnosentrisme adalah  sikap menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan sendiri. etnosentrisme dapat diartikan pula sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik.

Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah maka sikap demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut, misalnya kasus sara, yaitu pertentangan yang didasari oleh suku, agama, ras, dan antargolongan. Sikap Etnosentrisme ini dapat memunculkan banyak dampak negatif, namun demikian ada juga yang berpendapat bahwa sikap etnosentrisme ini memunculkan dampak positif juga, yaitu:

1. Dampak negatif

a.    Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b.    Menghambat pertukaran budaya
c.    Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d.    Memacu timbulnya konflik sosial.
Bila suatu suku bangsa menganggap suku bangsa lain lebih rendah, maka akan menimbulkan konflik yang bisa menjerumus kedalam kasus SARA. Selain itu dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme adalah terhambatnya proses intregasi nasional.

2. Dampak positif

Etnosentrisme dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Buktinya adalah hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya adalah yang paling baik dibanding kebudayaan lain.


Diskriminasi dan Etnosentrisme bisa terjadi di mana saja, termasuk di negara Indonesia. Diskriminasi yang banyak terjadi di Indonesia salah satunya adalah diskriminasi rasial. Diskriminasi rasial merupakan salah satu isu diskriminasi paling sering mencuat di masyarakat baik skala kecil seperti pergaulan pertemanan, lingkungan rumah pekerjaan atau perkumpulan-perkumpulan, hingga di luang lingkup daerah, nasional bahkan antar bangsa. Secara tidak sadar, dalam pergaulan sehari-hari kita mungkin saja kita pernah melakukan diskriminasi ras atau lebih sering disebut sebagai tindakan rasis, seperti, mengolok-olok perbedaan fisik teman kita, asal daerah, ras dan suku mereka hingga kebiasaan atau tradisi mereka, meski dalam situasi tidak formal.

Dalam kamus besar bahasa Indoneisia, diskriminasi ras diartikan sebagai anggapan segolongan ras tertentu bahwa rasnya itulah yang paling unggul dibandingkan dengan golongan ras lain, dengan sebutan lainnya yaitu rasisme. Jika kita kaitkan pengertian harfiah ini kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ada beberapa jenis tindakan rasisme yang sangat berbahaya bagi kelangsungan suatu bangsa yang plural dalam kekayaan ras, etnis dan suku pada khususnya seperti Indonesia. Ketiga jenis tindakan itu diantaranya, Etnosentrisme (melihat dunia dengan filter budaya sendiri yang dianggapnya paling baik), Miscegenation (Menolak hubungan antar ras), dan Prasangka atau Strereotipe (Menilai suatu kelompok hanya berdasarkan anggapan yang cenderung negatif) (Healey, 1998; Noel, 1968).

Dalam kehidupan masyarakat Indoneisia yang plural dan kaya warna, ke empat sikap diskriminatif ini sangatlah berbahaya. Karena dalam sikap Etnosentrisme misalnya, banyak anggapan yang sumang namun cukup melekat dimasyarakat Indonesia bahwa yang menjadi suku bangsa yang paling hebat dan berkuasa di Indoneisa adalah suku jawa, karena dapat dilihat, selain memang pusat negara Indonesia berada di pulau Jawa, juga semua presiden, dari mulai Soekarno hingga Joko Widodo merupakan suku Jawa. Tentu sikap ini sangatlah tidak baik dan tentunya akan menimbulkan kecemburuan antro-sosial pada suku bangsa yang lain. Sama halnya seperti strereotipe yang menganggap bahwa misalnya, suku padang mempunyai karakteristik pelit, suku betawi itu materialistis, suku sunda itu pemalu dan rendahan, suku timur yang identik dengan kelas sosialnya sebagai pekerja yang mengandalkan kekuatan fisik dan anggapan-anggapan serupa merupakan anggapan yang salah dan berbahaya bagi kesetaraan sikap dan perlakuan antar suku bangsa. Apa lagi sikap diskriminatif  Miscegenation yang akan menghalangi proses asimilasi antar suku bangsa yang sangat mutlak dan lumrah terjadi di Indonesia yang mempunyai beragam ras dan suku bangsa.

Diskriminasi rasial yang mungkin hingga sekarang masih terjadi adalah diskriminasi terhadap keturunan tionghoa di Indonesia. Sejarah mencatat Diskriminasi dan kekerasan terhadap orang-orang keturunan Tionghoa di Indonesia telah dicatat setidaknya sejak tahun 1740, ketika Pemerintah Kolonial Belanda membunuh sampai dengan 10.000 orang keturunan Tionghoa selama peristiwa Geger Pacinan. Sejak saat itu, diskriminasi dan kekerasan telah dicatat baik oleh pemerintah asing dan Indonesia. Kejadian terburuk terjadi pada tahun 1998, ketika ratusan orang Tionghoa tewas dan puluhan lainnya diperkosa selama kerusuhan Mei 1998.

Dalam pandangan saya sendiri, baik itu sikap diskriminasi maupun etnosentrisme adalah sikap yang kurang baik, apalagi jika sikap itu kita terapkan dalam kehidupan dan pergaulan kita sehari-hari. Sebagai bangsa Indonesia yang tinggal dan menetap di Indonesia, kita tahu bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke. Kita semua juga tahu, bahwa rakyat Indonesia sangat beragam dari mulai suku dan agamanya -sesuai termpat tinggalnya-. Kita dalam kehidupan bermasyarakat dan bergaul sesama teman, pasti menemukan teman yang berbeda suku maupun agamanya, Ada orang Jawa, Sunda, Padang, Manado, bahkan kita berteman dengan beberapa keturunan Tionghoa, Sikap Diskriminasi dan Etnosentrisme ini jika kita terapkan dalan kehidupan sehari-hari dapat merusak pergaulan kita sesama teman maupun dalam masyarakat. Tak sedikit contoh yang bisa kita dapat dari media-media, bentrokan antar-warga karena perbedaan agama dan suku.

Tampaknya belakangan ini pun sikap diskriminasi dan etnosentrisme mulai tampak geliatnya mendominasi sikap masyarakat Indonesia. Di media sosial apa lagi, perang antar yang beragama islam dan kristen banyak terjadi. Satu sama lain saling menghujat karena merasa paling benar. Padahal hal ini tidak seharusnya terjadi jika masyarakat kita tidak mengutamakan ego dan sikap diskriminasi. Jika hal ini terus terjadi, yang ada negara Indonesia tidak akan bisa pernah tentram dan bersatu untuk maju. Semoga hal ini tidak terus terjadi agar di masa depan mimpi agar Indonesia bisa tentram dan aman bisa terwujud.


sumber:
http://hanydina.blogspot.com/2013/02/primordialisme-melahirkan-etnosentrisme.html
https://siaceng.wordpress.com/2014/05/07/diskriminasi-rasial-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi_terhadap_Tionghoa-Indonesia
http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/06/pengertian-etnosentrisme.html
https://siaceng.wordpress.com/2014/05/07/diskriminasi-rasial-di-indonesia/

No comments:

Post a Comment